annyeonghaseyo^^ Selamat Datang diblogku~ semoga bermanfaat yaa^^ terimakasih sudah berkunjung^^~

Kamis, 21 Mei 2015

Softskill Ke 2 ATA 2014/2015 : Daya Juang

Banyak hal yang berubah dengan kemajuan jaman. Berawal dari kehidupan yang serba sulit menjadi serba mudah. Berawal dari kepenatan menjadi kenyamanan. Berawal dari keterbatasan menjadi ketersediaan yang melimpah. Segalanya dapat diakses dengan cepat dan mudah. Perubahan peradaban ini menjadikan semuanya tampak sangat indah, menyenangkan dan memuaskan. Kita menyaksikan hampir disemua lini, perubahan demi perubahan terjadi.

Tidak terkecuali, berubahnya culture masyarakat yang mempengaruhi kebiasaan dalam pola pikir dan gaya hidupnya. Lebih khusus lagi, perubahan mental, terlihat sangat jelas pada generasi muda yang lahir di jaman digital seperti saat ini. Kehidupan serba ada, serba cepat, serba instan mendorong mereka menjadi pengagum dan penikmat fasilitas, yang berakibat tidak optimalnya fungsi otak dan mental.

Generasi muda menjadi sasaran empuk perkembangan jaman, mereka menjadi obyek tehnologi, bahkan tidak jarang menjadi budak tehnologi. Sehingga tidak mengherankan, bermunculan penyakit-penyakit mental seperti; malas berusaha, mudah putus asa, tidak bertanggung jawab, tidak disiplin, bangga dengan fasilitas mewah, tidak mampu menyelesaikan masalah, menyerah dengan keadaan dsb.
Akibatnya potensi intelektual yang mereka bawa sejak lahir menjadi mandul, IQ tinggi tidak menjamin mereka untuk dapat struggle dalam kehidupan. Mereka memiliki banyak teman, pandai bersosialisasi, tapi lari dari kenyataan ketika berhadapan dengan masalah. Narkoba, miras, bunuh diri menjadi solusi pilihan.

Untuk itu generasi muda harus meningkatkan imunitasnya sehingga memiliki kekebalan terhadap problem-problem kehidupan yang melingkupinya. Dengan pendidikan ketrampilan problem solving, maka mereka akan menjadi survive ditengah kompleksitas jaman.

Adversity Quotient = Daya Juang

Daya Juang adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dala menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.

Dalam dunia psikologi kita mengenal istilah IQ, EQ, SQ. Selama beberapa tahun, ketiga kecerdasan ini menjadi primadona yang selalu diperbincangkan, dibahas dalam seminar dan pelatihan. Mengapa demikian, karena ketiga hal ini diyakini sebagai jaminan kunci kesuksesan setiap individu.

Namun, dalam perkembangannya ketiga kecerdasan tersebut dipandang tidak cukup untuk menjadikan individu sukses tanpa memiliki Adversity Quetiont (AQ). AQ adalah kecerdasan yang diperlukan oleh setiap individu untuk mengatasi masalah atau kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini.

Berdasarkan penelitian Paul G Stoltz, tidak semua orang yang otaknya encer (IQ diatas rata-rata) memiliki daya juang yang tinggi, demikian pula tidak ada jaminan orang yang friendly mampu menghadapi masalah-masalah yang menghadang. Setiap individu memiliki kemampuan mengatasi masalah yang berbeda-beda. Perumpamaannya seperti orang yang mendaki gunung. Stoltz membedakannya menjadi 3 tipe :

1.      Tipe Qiutters (mereka yang berhenti dan menyerah/orang yang paling lemah AQ nya)
Adalah orang yang bila sedang mendaki gunung, akan memilih berada ditempat yang paling bawah. Kemampuan mendakinya hanya cukup sampai di kaki gunung.
Orang tipe ini biasamya berusaha menjauh dari permasalahan, rasa takut dan kuatir lebih kuat dari rasa keinginan bertindak (action). Saat melihat atau menghadapi kesulitan, ia akan memilih mundur, dan tidak berani menghadapi permasalahan.

2.     Tipe Campers (mereka yang berkemah/Orang yang yang memiliki AQ sedang)
Adalah orang yang belum mencapai puncak gunung tapi sudah merasa puas dengan hasil yang telah dicapainya saat ini. Ia tak mau mendaki lebih tinggi karena risiko yang terlalu besar. Pendaki tipe ini pada umumnya lebih menyiapkan diri untuk jalan aman kembali turun dari pada memikirkan bagaimana strategi naik ke puncang gunung. Biasanya cepat puas atau selalu merasa cukup berada di posisi tengah. Cenderung mengabaikan kemungkinan, peluang atau kesempatan baru yang bisa didapat, bila melangkah lebih tinggi dan lebih jauh.

3.     Tipe Climbers ( mereka pendaki gunung sejati/orang yang yang memilikiAQ tinggi)
Adalah anak yang mempunyai tujuan, punya impian, punya target atau sasaran, atau paling tidak sudah punya sesuatu yang ingin diwujudkan. Dan, untuk merealisasikan ide itu, mereka memiliki kemauan dan mampu mengusahakannya dengan ulet, tekun dan gigih. Pendaki tipe ini memiliki rasa ingin tahu atau rasa “Penasaran” yang besar. “Wah, pasti
seru nih!” demikian kira-kira mindset dalam benak mereka. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar, keberanian menghadapi sesuatu yang baru serta disiplin yang tinggi. “Aku harus selesaikan apa yang telah aku mulai” demikian tekad dalam diri mereka. Dari ketiga tipe maka tipe climbers inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.

Tingkatkan Daya Juang

Kecerdasan mengatasi masalah bukan sesuatu yang diperoleh dengan instan. Bukan juga bawaan sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dilatih, dibentuk atau diciptakan. Untuk menumbuhkannya diperlukan suatu proses yang tidak singkat, dengan melalui pengajaran dan latihan yang melibatkan segenap potensi yang kita miliki. Dengan optimalisasi potensi belajarnya (otak dan alat indra) serta stimulasi yang tepat terhadap gaya belajarnya (Visual, Auditori, Kinestetik) , anak akan memiliki pengalaman-pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Banyaknya pengalaman itulah yang akan menjadikan anak memiliki ketangguhan dalam mengatasi masalah.

Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan daya juang :
·         Dongeng
Mendongeng adalah metode yang luar biasa dampaknya, karena isi dongeng akan tersimpan dengan baik dalam otak anak, apalagi ketika disampaikan dengan semangat dan ekspresif. Dalam dongeng tersimpan pesan akhlak, nilai-nilai moral dan pesan mental pada setiap tokohnya.

·         Bermain lompat tali
  Umumnya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Selain melatih kelenturan fisik, juga melatih diri untuk tetap TENANG saat menghapi tekanan. Karena biasanya pihak yang mendapat giliran memutar karet akan mempercepat putarannya, jika pihak pelompat karet bisa terus mengatasi tingkat tantangan yang diberikan. Misal: batas dengkul, batas paha, batas pinggang, batas pundak, batas kepala dan batas kepala plus satu jengkal tangan atau disebut batas “MERDEKA!!!”

·         Permainan Kelereng
Dengan beberapa kombinasi tantangan atau tingkat kesulitan tertentu, membuat anak-anak harus meningkatkan kemampuannya, kalau tidak akan kalah. Nah, saat kalahpun ini adalah latihan yang baik untuk anak-anak dalam mengatasi rasa kalah. Memilih menyerah atau malahan makin giat berlatih?

·         Olah Raga
Adalah pilihan terbaik untuk melatih ketangguhan anak-anak, karena ada saat-saat mereka harus melawan rasa sakit dan ini sangat penting serta menjadi kekuatan mereka di masa depan, sehingga mereka akan memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit yang mungkin saja semakin meningkat dengan tantangan yang lebih berat.

Referensi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar