Banyak
hal yang berubah dengan kemajuan jaman. Berawal dari kehidupan yang serba sulit
menjadi serba mudah. Berawal dari kepenatan menjadi kenyamanan. Berawal dari
keterbatasan menjadi ketersediaan yang melimpah. Segalanya dapat diakses dengan
cepat dan mudah. Perubahan peradaban ini menjadikan semuanya tampak sangat
indah, menyenangkan dan memuaskan. Kita menyaksikan hampir disemua lini,
perubahan demi perubahan terjadi.
Tidak
terkecuali, berubahnya culture masyarakat yang mempengaruhi kebiasaan dalam
pola pikir dan gaya hidupnya. Lebih khusus lagi, perubahan mental, terlihat
sangat jelas pada generasi muda yang lahir di jaman digital seperti saat ini.
Kehidupan serba ada, serba cepat, serba instan mendorong mereka menjadi
pengagum dan penikmat fasilitas, yang berakibat tidak optimalnya fungsi otak
dan mental.
Generasi
muda menjadi sasaran empuk perkembangan jaman, mereka menjadi obyek tehnologi,
bahkan tidak jarang menjadi budak tehnologi. Sehingga tidak mengherankan,
bermunculan penyakit-penyakit mental seperti; malas berusaha, mudah putus asa,
tidak bertanggung jawab, tidak disiplin, bangga dengan fasilitas mewah, tidak
mampu menyelesaikan masalah, menyerah dengan keadaan dsb.
Akibatnya
potensi intelektual yang mereka bawa sejak lahir menjadi mandul, IQ tinggi
tidak menjamin mereka untuk dapat struggle dalam kehidupan. Mereka memiliki
banyak teman, pandai bersosialisasi, tapi lari dari kenyataan ketika berhadapan
dengan masalah. Narkoba, miras, bunuh diri menjadi solusi pilihan.
Untuk
itu generasi muda harus meningkatkan imunitasnya sehingga memiliki kekebalan
terhadap problem-problem kehidupan yang melingkupinya. Dengan pendidikan
ketrampilan problem solving, maka mereka akan menjadi survive ditengah
kompleksitas jaman.
Adversity Quotient = Daya Juang
Daya
Juang adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dala menghadapi
kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Melalui potensi ini,
seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.
Dalam
dunia psikologi kita mengenal istilah IQ, EQ, SQ. Selama beberapa tahun, ketiga
kecerdasan ini menjadi primadona yang selalu diperbincangkan, dibahas dalam
seminar dan pelatihan. Mengapa demikian, karena ketiga hal ini diyakini sebagai
jaminan kunci kesuksesan setiap individu.
Namun,
dalam perkembangannya ketiga kecerdasan tersebut dipandang tidak cukup untuk
menjadikan individu sukses tanpa memiliki Adversity Quetiont (AQ). AQ adalah
kecerdasan yang diperlukan oleh setiap individu untuk mengatasi masalah atau
kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini.
Berdasarkan
penelitian Paul G Stoltz, tidak semua orang yang otaknya encer (IQ diatas
rata-rata) memiliki daya juang yang tinggi, demikian pula tidak ada jaminan
orang yang friendly mampu menghadapi masalah-masalah yang menghadang. Setiap
individu memiliki kemampuan mengatasi masalah yang berbeda-beda. Perumpamaannya
seperti orang yang mendaki gunung. Stoltz membedakannya menjadi 3 tipe :
1.
Tipe Qiutters (mereka yang berhenti dan
menyerah/orang yang paling lemah AQ nya)
Adalah orang yang bila
sedang mendaki gunung, akan memilih berada ditempat yang paling bawah.
Kemampuan mendakinya hanya cukup sampai di kaki gunung.
Orang tipe ini biasamya
berusaha menjauh dari permasalahan, rasa takut dan kuatir lebih kuat dari rasa
keinginan bertindak (action). Saat melihat atau menghadapi kesulitan, ia akan
memilih mundur, dan tidak berani menghadapi permasalahan.
2.
Tipe Campers (mereka yang berkemah/Orang
yang yang memiliki AQ sedang)
Adalah orang yang belum
mencapai puncak gunung tapi sudah merasa puas dengan hasil yang telah
dicapainya saat ini. Ia tak mau mendaki lebih tinggi karena risiko yang terlalu
besar. Pendaki tipe ini pada umumnya lebih menyiapkan diri untuk jalan aman
kembali turun dari pada memikirkan bagaimana strategi naik ke puncang gunung. Biasanya
cepat puas atau selalu merasa cukup berada di posisi tengah. Cenderung
mengabaikan kemungkinan, peluang atau kesempatan baru yang bisa didapat, bila
melangkah lebih tinggi dan lebih jauh.
3.
Tipe Climbers ( mereka pendaki gunung sejati/orang
yang yang memilikiAQ tinggi)
Adalah anak yang mempunyai
tujuan, punya impian, punya target atau sasaran, atau paling tidak sudah punya
sesuatu yang ingin diwujudkan. Dan, untuk merealisasikan ide itu, mereka
memiliki kemauan dan mampu mengusahakannya dengan ulet, tekun dan gigih. Pendaki
tipe ini memiliki rasa ingin tahu atau rasa “Penasaran” yang besar. “Wah, pasti
seru nih!” demikian kira-kira mindset dalam benak mereka. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar, keberanian menghadapi sesuatu yang baru serta disiplin yang tinggi. “Aku harus selesaikan apa yang telah aku mulai” demikian tekad dalam diri mereka. Dari ketiga tipe maka tipe climbers inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.
seru nih!” demikian kira-kira mindset dalam benak mereka. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar, keberanian menghadapi sesuatu yang baru serta disiplin yang tinggi. “Aku harus selesaikan apa yang telah aku mulai” demikian tekad dalam diri mereka. Dari ketiga tipe maka tipe climbers inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.
Tingkatkan
Daya Juang
Kecerdasan
mengatasi masalah bukan sesuatu yang diperoleh dengan instan. Bukan juga bawaan
sejak lahir melainkan sesuatu yang dapat dilatih, dibentuk atau diciptakan.
Untuk menumbuhkannya diperlukan suatu proses yang tidak singkat, dengan melalui
pengajaran dan latihan yang melibatkan segenap potensi yang kita miliki. Dengan
optimalisasi potensi belajarnya (otak dan alat indra) serta stimulasi yang
tepat terhadap gaya belajarnya (Visual, Auditori, Kinestetik) , anak akan
memiliki pengalaman-pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Banyaknya
pengalaman itulah yang akan menjadikan anak memiliki ketangguhan dalam
mengatasi masalah.
Beberapa
cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan daya juang :
·
Dongeng
Mendongeng adalah metode yang luar biasa dampaknya, karena isi dongeng akan tersimpan dengan baik dalam otak anak, apalagi ketika disampaikan dengan semangat dan ekspresif. Dalam dongeng tersimpan pesan akhlak, nilai-nilai moral dan pesan mental pada setiap tokohnya.
Mendongeng adalah metode yang luar biasa dampaknya, karena isi dongeng akan tersimpan dengan baik dalam otak anak, apalagi ketika disampaikan dengan semangat dan ekspresif. Dalam dongeng tersimpan pesan akhlak, nilai-nilai moral dan pesan mental pada setiap tokohnya.
·
Bermain lompat tali
Umumnya dimainkan oleh anak-anak perempuan.
Selain melatih kelenturan fisik, juga melatih diri untuk tetap TENANG saat
menghapi tekanan. Karena biasanya pihak yang mendapat giliran memutar karet
akan mempercepat putarannya, jika pihak pelompat karet bisa terus mengatasi
tingkat tantangan yang diberikan. Misal: batas dengkul, batas paha, batas
pinggang, batas pundak, batas kepala dan batas kepala plus satu jengkal tangan
atau disebut batas “MERDEKA!!!”
·
Permainan Kelereng
Dengan beberapa kombinasi
tantangan atau tingkat kesulitan tertentu, membuat anak-anak harus meningkatkan
kemampuannya, kalau tidak akan kalah. Nah, saat kalahpun ini adalah latihan
yang baik untuk anak-anak dalam mengatasi rasa kalah. Memilih menyerah atau
malahan makin giat berlatih?
·
Olah Raga
Adalah pilihan terbaik
untuk melatih ketangguhan anak-anak, karena ada saat-saat mereka harus melawan
rasa sakit dan ini sangat penting serta menjadi kekuatan mereka di masa depan,
sehingga mereka akan memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit yang
mungkin saja semakin meningkat dengan tantangan yang lebih berat.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar