TEORI
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang
senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Stogdill
(1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan
diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.
Menurut
Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi.
Sedangkan
menurut Anderson (1988), “leadership means using power to influence the
thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance”.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara
lain :
1. Kepemimpinan
berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan
(followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima
arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan,
tidak akan ada pimpinan.
2. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang
berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
3. Kepemimpinan
harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri
dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain
(communication) dalam membangun organisasi.
2. TEORI
KEPEMIMPINAN
Beberapa
teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin.
Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori
mengenai lahirnya pemimpin, paling tidak, ada tiga di antaranya yang menonjol
yaitu sebagai berikut :
1. Teori
Genetic
Inti dari teori ini
tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made“. bahwa penganut
teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan
dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada
suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya
takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori
Sosial
3. Jika
teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut
sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born“.
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
4. Teori
Ekologis
Teori ini merupakan
penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut
teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik
apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana
kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman
yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang
telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan
teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian
penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul
sebagai pemimpin yang baik.
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian
sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola
atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai
dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya
menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya
kepemimpinan.
#
Menurut saya teori kepemimpinan yang relevan dengan saya yaitu teori
kepemiminan sosial, karena saya mungkin belum memiliki jiwa kepemimpinan
maka dari itu teori sosial cocok untuk saya karena saya dapat belajar dan
memahami untuk menjadi pemimpin yang jujur, adil dan bijaksana.
3. GAYA DAN MODEL KEPEMIMPINAN
A. Gaya
Kepemimpinan
Ada
beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh para pakar leardership,
mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya kepemimpinan
situasional model Hersey dan Blancard.
a.
Teori Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori
klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap gaya
kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior)
dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya
kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing),
pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Mengambil contoh pemimpin negara kita, presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
1. Mengarahkan
(directing)
Gaya kepemimpinan yang
mengarahkan, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer
pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara
itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi.
2. Melatih
(coaching)
Pada kondisi karyawan
menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba
melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan
dan tanggung jawab karyawan.
3. Partisipasi
(participation)
Gaya kepemimpinan
partisipasi, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika karyawan
memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi tidak memiliki kemauan untuk
melakukan tanggung jawab.
4. Mendelegasikan
(delegating)
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan
dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai
adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi
pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan
tugas/tanggung jawabnya.
b.
Gaya kepemimpinan situasional model Hersey
dan Blancard.
Mengambil
contoh kepada manajer dari suatu perusahaan yang berhasil menerapkan gaya
kepemimpinan situasional di perusahaan yang dipimpinnya
1. Gaya
Kepemimpinan Kontinum
Gaya
ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren Schmidt.
Menurut kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:
·
Bidang pengaruh pimpinan (pemimpin lebih
menggunakan otoritas)
·
Bidang pengaruh kebebasan bawahan. (Pemimpin
lebih menekankan gaya demokratis)
2. Gaya
Managerial Grid
Sesungguhnya,
gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek
produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton
menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya
(followers).
3. Gaya Kepemimpinan Situasional dan Produktivitas Kerja
Gaya
kepemimpinan, Secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang
positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini
didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan
gaya Kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai
dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
Dari
beberapa gaya yang di tawarkan para ahli di atas, maka gaya kepemimpinan
situasionallah yang paling baru dan sering di gunakan pemimpin saat ini. Gaya
kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang sangat
cocok untuk diterapkan saat ini. Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada
tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya
kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga
memberikan perilaku yang mendukung.
4. Kontinum Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan kontinum dipelopori oleh Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt.
Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem
, pertama bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Gaya kepemimpinan managerial grid dipelopori oleh Robert R Blake dan Jane S
Mouton. Dalam pendekatan managerial grid ini, manajer berhubungan dengan 2 hal
yakni produksi di satu pihak dan orang-orang di pihak lain. Managerial Grid
menekankan bagaimana manajer memikirkan produksi dan hubungan manajer serta
memikirkan produksi dan hubungan kerja dengan manusianya.
Bukannya
ditekankan pada berapa banyak produksi harus dihasilkan, dan berapa banyak ia
harus berhubungan dengan bawahan. Model Kepemimpinan Kontinum
(Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard
(1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa
cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan
perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya
yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya
dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari
adanya pengaruh pimpinan.
Jadi
otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan
keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan
bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif,
gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan
cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan
bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah
pada tugas.
5. Ada
4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
·
Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi
dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
·
Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan
keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
·
Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan
kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
·
Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan
keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
B. Model
Kepemimpinan
Penyesuaian
gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model
kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya
dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang
harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin
bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang
menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian
tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi
pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model
” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut
model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang
akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
·
Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan
baik;
·
Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun
pada tingkat struktur yang tinggi;
·
Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model
Situasional
Model
ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan
tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam
model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya
dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan
yang dapat digunakan adalah :
·
Memberitahukan;
·
Menjual;
·
Mengajak bawahan berperan serta;
·
Melakukan pendelegasian.
d. Model
” Jalan- Tujuan “
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin
berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional
bagi bawahannya.
e. Model
“Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian
utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
#
Menurut saya sendiri gaya kepemimpinan yang cocok untuk saya yaitu gaya
kepemimpinan yang klasik seperti bapak SBY. Dengan gaya kepemimpinan ini saya
dapat lebih belajar mengenai keemimpinan yang sebernya yang ada pada diri saya
yang mungkin masih tersembunyi hehe.. Dan untuk model kepemimpinan yang relevan
pada saya yaitu Model kontinuum Otokratik-Demokratik karena saya termasuk
pendengar yang baik. Dengan mendengar dengan baik keluhan bawahan mungkin dapat
mempertimbangkan keputusan untuk kedepannya.
5. ANALISIS
PENDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Dalam
menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan
perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang
berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1) yang berorientasi pada tugas
(task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee
oriented)
Gaya
yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan
pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya.
Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja
keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan
bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat.
Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang
dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam
hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. High-high berarti
pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi
juga.
2. High
task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi,
tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low
task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan
bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan
Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan
akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela
bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan
4. Low
task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga
lemah.
Dari
keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya
adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat
ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang
dipimpinnya tersebut.
Dari
hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang
terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa,
studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
1. Studi
Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu
gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil
penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
2. Studi
Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan.
Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang
yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi,
yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif
menunjukkan pada pencapaian tugas. Perhatian
menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini
menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a. Perhatian
rendah pembuatan inisiatif rendah.
b. Perhatian
tinggi pembuatan inisiatif rendah
c. Perhatian
tinggi pembuatan inisiatif tinggi
d. Perhatian
rendah pembuatan inisiatif tinggi
3. Studi
Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu
berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang
berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan
menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi
menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.
4. Empat
sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat
berhasil jika bergayaparticipatif management. Gaya ini menekankan bahwa
keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert
merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut:
a. Exploitative
Authoritative (Otoriter yang Memeras)
Pemimpin menentukan semua
keputusan tentang seluruh kegiatan, memerintahkan agar semua bawahan
melaksanakan tugas kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan,
menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi bawahan, memberikan
ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak
melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Benevolent
Authoritative (Otoriter yang baik)
Pemimpin menyampaikan
berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah kepada bawahan dan pada
giliranya, bawahan diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.Diman
bawahan diberi kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan
yang telah disepakati
c. Cosultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan dan
mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan ketentuan yang bersifat
umum setelah berdiskusi dengan bawahan.
d. Participatif (Partisipatif).
Penentuan tujuan dan
pengambilan keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan, pemimpin
dapat mengambil keputusan setelah memperoleh saran dan pendapat bersama
bawahan.
Likert menyimpulkan bahwa
penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah,
sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang
tinggi.
5. Tiga
gaya kepemimpinan menurut Reddin
Didalam tulisannya yang
berjudul “What Kind Manajer”. Reddin mengemukakan tiga pola dasar kepemimpinan
yaitu: berorientasi pada tugas (taks oriented), berorientasi pada hubungan
kerjasama (relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil (effectiveness
oriented). Berdasarkan tiga pola dasar tersebut, Reddin mengembangkan delapan
gaya kepemimpinan yaitu: deserter, bureacrat, compromisser missionary,
developer, outcart, benevolent, autocrat, compromisser, dan executive.
Dilihat dari segi
efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu kepemimpinan yang kurang efektif dan kepemimpinan yang efektif.
Kelompok yang kurang efektif terdiri atas gaya kepemimpinan deserter, missionary, autocrat,
dan compromisser. Sedangkan kelompok yang efektif mencakup gaya
kepemimpinan compromisser, developer, benevolent, dan executive.
6. Jaringan Manjemen (managerial
grid)
Jaringan manjamen atau managerial
grid ini di kembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini,
manajer berhubungan dengan dua hal, yakni perhati pada produksi di satu pihak
dan perhatian pada orang dipihak lain. Perhatian pada produksi atau tugas
adalah sikap pemimpin yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, mutu pelayanan
staf, efisiensi kerja dan jumlah pengeluaran. Perhatian pada orang adalah sikap
pemimpin yang memperhatikan keterlibatan anak bbuah dalam rangka mencapai
tujuan.
Menurut
teori ini terdapat lima tipe kepimimpinan tipe pertama disebut impoverished
leadership, middle of road, country club leadership, task leadership. Kelima
tipe diatas dapat diuraiakan sebagai berikut:
a. Impoverished
leadership. Ini ditandai dengan perilaku pemimpin yang menghindari berbagai
macam tanggung jawab, perhatian terhadap hubungan kerja dengan bawahan kurang,
pemimpin tidak mau terlibat baik terhadap hubungan bawahan maupun terhadap hasi
b. Middle
of road leadership. Ini mengambarkan bahwa pemimpin memperhatikan dengan baik
moral kerja bawahan dan mempertahankannya. Tingkat kepuasan bawahan maupun
pencapaian hasil terpelihara dengan baik. Kelemahan tipe kepemimpinan ini
adalah tidak memiliki dasar yang kuat untuk berinovasi dan berkembangnya
kreativitas.
c. Country
Club Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan
hubungan kerja atau kepentingan bawahan sedangkan hasil kegiatan bawahan kurang
diperhatikan.
d. Task
Leadership. Ditandai dengan perilaku pemimpin yang sangat mengutamakan tugas
dan hasil pekerjaan. Bawahan dianggap tidak penting sehingga sewaktu waktu
dapat diganti. Peningkatan kemampuan baik pengetahuan maupun ketrampilan ,
dianggap tidak perlu.
e. Team
Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang sangat menaruh perhatian
terhadap hasil dan hubungan kerja. Perilaku tersebut mendorong timbulnya
keinginan bawahan untuk berfikir dan bertindak produktif. Tipe kepemimpinan ini
memberikan manfaat besar bagi organisasi dalam enam hal yaitu: (a)hasil
pekerjan meningkat, (b)kegiatan hubungan antar angota kelompok makin bertambah
baik, (c)kegitan kelompok makin efektif, (d)pertentangan kepentingan dan
persaingan yang tidak sehat antar anggota kelompok sangat bekurang, (d)saling
pengertian meningkat, dan (e)kreatifitas individu berkembang.
6.
REFERENSI
·
stisipolp12.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc...
·
download.portalgaruda.org/article.php?...Kepemimpinan%20Dalam%20...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar