annyeonghaseyo^^ Selamat Datang diblogku~ semoga bermanfaat yaa^^ terimakasih sudah berkunjung^^~

Rabu, 15 April 2015

Tugas Softskill : TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

TEORI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

     1.    PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :
1.      Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.
2.      Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
3.      Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.

    2.    TEORI KEPEMIMPINAN
Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya pemimpin, paling tidak, ada tiga di antaranya yang menonjol yaitu sebagai berikut :
1.      Teori Genetic
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2.      Teori Sosial
3.      Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born“. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
4.      Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
# Menurut saya teori kepemimpinan yang relevan dengan saya yaitu teori kepemiminan sosial, karena  saya mungkin belum memiliki jiwa kepemimpinan maka dari itu teori sosial cocok untuk saya karena saya dapat belajar dan memahami untuk menjadi pemimpin yang jujur, adil dan bijaksana.

    3.    GAYA DAN MODEL KEPEMIMPINAN
A.     Gaya Kepemimpinan
Ada beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh para pakar leardership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.

a.         Teori Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).  Mengambil contoh pemimpin negara kita, presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
1.  Mengarahkan (directing)
Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi.
2.  Melatih (coaching)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab karyawan.
3.  Partisipasi (participation)
Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika karyawan memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab.
4.  Mendelegasikan (delegating)
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya.

b.         Gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.
Mengambil contoh kepada manajer dari suatu perusahaan yang berhasil menerapkan gaya kepemimpinan situasional di perusahaan yang dipimpinnya
1.      Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren Schmidt. Menurut kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:
·         Bidang pengaruh pimpinan (pemimpin lebih menggunakan otoritas)
·         Bidang pengaruh kebebasan bawahan. (Pemimpin lebih menekankan gaya demokratis)
2.      Gaya Managerial Grid
Sesungguhnya, gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya (followers).
3.      Gaya Kepemimpinan Situasional dan Produktivitas Kerja
Gaya kepemimpinan, Secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas kerja. Dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan gaya Kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
Dari beberapa gaya yang di tawarkan para ahli di atas, maka gaya kepemimpinan situasionallah yang paling baru dan sering di gunakan pemimpin saat ini. Gaya kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang sangat cocok untuk diterapkan saat ini. Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang mendukung.

4.      Kontinum Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan kontinum dipelopori oleh Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt. Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan. Gaya kepemimpinan managerial grid dipelopori oleh Robert R Blake dan Jane S Mouton. Dalam pendekatan managerial grid ini, manajer berhubungan dengan 2 hal yakni produksi di satu pihak dan orang-orang di pihak lain. Managerial Grid menekankan bagaimana manajer memikirkan produksi dan hubungan manajer serta memikirkan produksi dan hubungan kerja dengan manusianya.
Bukannya ditekankan pada berapa banyak produksi harus dihasilkan, dan berapa banyak ia harus berhubungan dengan bawahan.  Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.
Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

5.      Ada 4 gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
·         Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan  kinerja anak buahnya.
·         Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila   kurang jelas.
·         Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
·         Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.

B.     Model Kepemimpinan
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

a.      Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku  kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol  ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai  perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

b.      Model ” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang  akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
·         Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
·         Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
·         Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c.      Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah :
·         Memberitahukan;
·         Menjual;
·         Mengajak bawahan berperan serta;
·         Melakukan pendelegasian.

d.      Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut   harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e.      Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
# Menurut saya sendiri gaya kepemimpinan yang cocok untuk saya yaitu gaya kepemimpinan yang klasik seperti bapak SBY. Dengan gaya kepemimpinan ini saya dapat lebih belajar mengenai keemimpinan yang sebernya yang ada pada diri saya yang mungkin masih tersembunyi hehe.. Dan untuk model kepemimpinan yang relevan pada saya yaitu Model kontinuum Otokratik-Demokratik karena saya termasuk pendengar yang baik. Dengan mendengar dengan baik keluhan bawahan mungkin dapat mempertimbangkan keputusan untuk kedepannya.

5.      ANALISIS PENDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1.  High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
2.  High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.  Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4.  Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.

Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
1.  Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
2.  Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas. Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a.      Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah.
b.      Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah
c.      Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi
d.      Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
3.  Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.
4.  Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergayaparticipatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut:
a.      Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)
Pemimpin menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan, memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan, menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
b.      Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)
Pemimpin menyampaikan berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah kepada bawahan dan pada giliranya, bawahan diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.Diman bawahan diberi kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan yang telah disepakati
c.      Cosultative (Konsultatif)
Pemimpin menetapkan dan mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan ketentuan yang bersifat umum setelah berdiskusi dengan bawahan.
d.      Participatif (Partisipatif).
Penentuan tujuan dan pengambilan keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan, pemimpin dapat mengambil keputusan setelah memperoleh saran dan pendapat bersama bawahan.
Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
5.  Tiga gaya kepemimpinan menurut Reddin
Didalam tulisannya yang berjudul “What Kind Manajer”. Reddin mengemukakan tiga pola dasar kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas (taks oriented), berorientasi pada hubungan kerjasama (relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil (effectiveness oriented). Berdasarkan tiga pola dasar tersebut, Reddin mengembangkan delapan gaya kepemimpinan yaitu: deserter, bureacrat, compromisser missionary, developer, outcart, benevolent, autocrat, compromisser, dan executive.
Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan yang kurang efektif dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok yang kurang efektif terdiri atas gaya kepemimpinan deserter, missionary, autocrat,  dan compromisser. Sedangkan kelompok yang efektif mencakup gaya kepemimpinan compromisser,  developer, benevolent, dan executive.
6.  Jaringan Manjemen (managerial grid)
Jaringan manjamen atau managerial grid ini di kembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal, yakni perhati pada produksi di satu pihak dan perhatian pada orang dipihak lain. Perhatian pada produksi atau tugas adalah sikap pemimpin yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah pengeluaran. Perhatian pada orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan keterlibatan anak bbuah dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut teori ini terdapat lima tipe kepimimpinan tipe pertama disebut impoverished leadership, middle of road, country club leadership, task leadership. Kelima tipe diatas dapat diuraiakan sebagai berikut:
a.       Impoverished leadership. Ini ditandai dengan perilaku pemimpin yang menghindari berbagai macam tanggung jawab, perhatian terhadap hubungan kerja dengan bawahan kurang, pemimpin tidak mau terlibat baik terhadap hubungan bawahan maupun terhadap hasi
b.       Middle of road leadership. Ini mengambarkan bahwa pemimpin memperhatikan dengan baik moral kerja bawahan dan mempertahankannya. Tingkat kepuasan bawahan maupun pencapaian hasil terpelihara dengan baik. Kelemahan tipe kepemimpinan ini adalah tidak memiliki dasar yang kuat untuk berinovasi dan berkembangnya kreativitas.
c.       Country Club Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan kerja atau kepentingan bawahan sedangkan hasil kegiatan bawahan kurang diperhatikan.
d.       Task Leadership. Ditandai dengan perilaku pemimpin yang sangat mengutamakan tugas dan hasil pekerjaan. Bawahan dianggap tidak penting sehingga sewaktu waktu dapat diganti. Peningkatan kemampuan baik pengetahuan maupun ketrampilan , dianggap tidak perlu.
e.       Team Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang sangat menaruh perhatian terhadap hasil dan hubungan kerja. Perilaku tersebut mendorong timbulnya keinginan bawahan untuk berfikir dan bertindak produktif. Tipe kepemimpinan ini memberikan manfaat besar bagi organisasi dalam enam hal yaitu: (a)hasil pekerjan meningkat, (b)kegiatan hubungan antar angota kelompok makin bertambah baik, (c)kegitan kelompok makin efektif, (d)pertentangan kepentingan dan persaingan yang tidak sehat antar anggota kelompok sangat bekurang, (d)saling pengertian meningkat, dan (e)kreatifitas individu berkembang.

  6. REFERENSI
·             stisipolp12.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc...
·             download.portalgaruda.org/article.php?...Kepemimpinan%20Dalam%20...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar